Advertisement

JMS Bahas Perang Gajah saat Kampanye, Ustaz Ganteng Nilai Tidak Konteks dan Provokatif

Andi Ningrat, salah satu ustaz muda di Kabupaten Bulukumba

BULUKUMBA, LASKARINFO.COM — Pernyataan Calon Bupati Bulukumba nomor urut 1, Jamaluddin M Syamsir (JMS), kembali menuai kontroversi.

 

Dalam kampanye terakhirnya di Lapangan Desa Bontomacinna, Sabtu malam, 23 November 2024, JMS mengutip Surah Al-Fil, dan seolah mengibaratkan situasi Pilkada di Bulukumba, yang dinilai sejumlah pihak sebagai narasi tidak kontekstual dan berpotensi provokatif.

 

Dalam orasi politiknya, JMS mengisahkan peristiwa dalam Surah Al-Fil, yang menggambarkan pasukan bergajah Raja Abraha yang hendak menghancurkan Ka’bah namun dihalau oleh burung Ababil.

 

Ia mengibaratkan masyarakat yang hadir sebagai burung Ababil dan lawannya sebagai pasukan sombong yang harus dihancurkan.

BACA JUGA:   Andi Utta-Edy Manaf Pastikan Kemenangan di Pilkada, Ketua Tim: Kemenangan Rakyat Bulukumba

 

“Kalau hari ini di Bulukumba, kita melawan orang yang merasa paling jago, merasa sombong, merasa paling besar, bersama seluruh pasukannya, maka InsyaAllah rakyat Bulukumba yang hadir pada malam hari ini berwujud burung-burung ababil, untuk kemudian meruntuhkan mereka semua.”

 

Pernyataan tersebut memicu reaksi dari

Andi Ningrat, salah satu ustaz muda di Kabupaten Bulukumba. Ia menilai narasi JMS tidak relevan dengan konteks Pilkada dan justru berpotensi memecah belah.

 

Menurut Andi Ningrat, Pilkada tidak bisa disamakan dengan peristiwa Perang Gajah. Pilkada adalah proses demokrasi untuk memilih pemimpin melalui suara rakyat, bukan arena perang yang melibatkan kekerasan atau permusuhan.

BACA JUGA:   Kaspul BJ, SS: Dari BEM hingga Caleg, Inspirasi Bagi Generasi Muda

 

“Perang Gajah adalah upaya pasukan kafir untuk menghancurkan tempat suci umat Islam, sementara Pilkada seharusnya menjadi ajang persaingan ide, visi, dan program secara damai. Narasi seperti ini sangat tidak relevan dan justru bisa menyinggung lawan politiknya,” tegas Basri.