LASKARINFO.COM, BULUKUMBA — Aktifitas jualan para pedagang di pasar sentral malam (setam) kabupaten Bulukumba masih berlanjut, padahal pemerintah kabupaten telah memutuskan agar aktifitas jualan dipindahkan ke pasar tradisional Cekkeng.
Meski telah diperintahkan pindah sejak sebulan lalu, masih terdapat puluhan pedagang yang ngotot bertahan dan terkesan mengabaikan pemerintah. Padahal niat pemerintah memindahkan mereka ke tempat yang lebih baik.
Akibatnya, para pedagang bebas berjualan lantaran tak ada yang mengontrol. Kondisi tersebut juga diduga rawan ditunggangi pungutan liar (Pungli) di tempat tersebut.
Kepala Pasar Sentral Bulukumba, Idris yang dikonfirmasi Laskarinfo.com mengatakan para pedagang enggan meninggalkan pasar sentral Bulukumba untuk berjualan padahal sudah diperintahkan langsung oleh bupati Bulukumba untuk pindah.
“Kayaknya sudah 1 bulan mi lebih di sini itu pedang karena tetap ki bertahan disini,” ungkapnya, Minggu (07/11/2022).
Bahkan, pengelola pasar sentral atas persetujuan Idris telah memutus penerangan yang digunakan oleh para pedagang.
Meski demikian, terpantau para pedagang itu masih memiliki sumber pencahayaan listrik yang tak diketahui berasal dari mana.
“Kepala Dinas DPPKUKM telah melakukan persuratan ke Satpol-PP untuk melakukan penertiban para pedagang tapi saya tidak tau juga kelanjutannya,” kata Idris.
Dari data yang dimiliki Idris, sedikitnya ada 49 pedang yang masih bertahan hingga saat ini di pasar sentral malam Bulukumba.
Ditanya soal tarif retribusi, Idris mengaku tak tahu menahu. Pihaknya tak pernah melakukan pemungutan retribusi kepada pedagang yang berjualan di Sentral Malam.
“Pemungutan retribusi tidak dilakukan dan saya tidak tau menahu terkait itu. Coba tanya sendiri ke pedagang,” akunya.
Anehnya, beberapa pedagang yang berusaha dikonfirmasi terkait retribusi dan alasan mereka bertahan malah memilih bungkam.
Bahkan beberapa pedagang mengatakan, untuk tak perlu diurusi mereka bayar retribusi ke siapa.
“Kenapa kah, kenapa kau mau tau saya bayar ke mana?,” ucap salah seorang pedagang bernada mengusir kepada awak media. (Abdul/ *)