LASKARINFO.COM, BULUKUMBA — Rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan yang berfungsi untuk mengumpul dan sebagai rumah bagi ikan.
Meski lautan begitu luas namun tidak semua perairan itu terdapat ikan, hanya perairan yang memiliki ekosistem yang baik dan tersedia cukup nutrient yang merupakan daerah schooling atau bergerombolnya ikan.
Ikan terutama ikan pelagis besar seperti tuna, tongkol dan cakalang memiliki kebiasaan untuk terus berenang mencari lokasi yang sesuai untuk mencari makan, berlindung, bermain-main dan memijah. Ketika mendapatkan perairan yang sesuai, maka gerombolan ikan tersebut akan berkumpul pada suatu perairan.
Untuk mengetahui titik gerombolan ikan di perairan tersebut biasanya negara-negara maju menggunakan teknologi satelit dengan teknik tagging sehingga mereka dengan mudah untuk mendeteksi keberadaan gerombolan ikan.
Berbeda halnya dengan nelayan Indonesia pada umumnya dan Bulukumba pada khususnya, mereka dalam menangkap ikan masih menggunakan insting dan pengalaman dalam menentukan posisi penangkapan ikan. Hasilnya tingkat akurasi dari prakiraan daerah tangkapan ikan sangat kurang bahkan tidak sedikit nelayan yang gagal mendapatkan hasil.
Mencermati kondisi tersebut Bupati dan Wakil Bupati Bulukumba, Andi Muchtar Ali Yusuf dan Andi Edy Manaf mencetus program yang sangat progresif dengan nama Program 1.000 rumpon.
Program ini terkesan sederhana namun memberi dampak luar biasa terhadap kehidupan nelayan. Karena metode penangkapan ikan oleh nelayan berangsur-angsur berubah, dari metode berburu (hunting) ke metode memanen (harvesting).
Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan, Muhammad Yusli mengatakan sebelum adanya rumpon nelayan dalam melaut tidak mengetahui secara pasti kemana harus menangkap ikan, mereka hanya berkeliling di lautan untuk mencari lokasi ikan.
“Tentu metode ini sangat tidak efisien dan berbiaya tinggi karena biaya operasional membengkak. Namun dengan adanya rumpon nelayan sisa memanen ikan di lokasi rumpon masing-masing,” ungkap Yusli, Sabtu 25 Mei 2024.
Untuk memastikan program 1.000 rumpon ini betul-betul berdampak pada peningkatan produksi dan peningkatan kesejahteraan nelayan, maka pihaknya dari Dinas Perikanan melaksanakan Survey Dampak Ekonomi kepada kelompok penerima bantuan rumpon.
Survey ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 20 Mei 2024. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara baik bertatap muka secara langsung maupun menggunakan kanal survey online dan telepon.
Sasaran survey adalah kelompok perikanan penerima bantuan rumpon pada periode pemerintahan saat ini yaitu tahun 2021 – 2023.
Adapun komponen pertanyaan survey adalah nama kelompok, nama ketua kelompok, NIK, alamat, nomor registrasi kelompok, jumlah tangkapan ikan sebelum dan sesudah menerima bantuan, penghasilan sebelum dan sesudah menerima bantuan, dan kendala yang dihadapi.
Jumlah responden yang berhasil diwawancarai adalah 40 kelompok perikanan dari 58 kelompok perikanan yang sudah menerima bantuan atau sebesar 68,97 persen dari total populasi target survey.
Dikatakan bahwa dari survey diperoleh hasil yang mengejutkan karena secara rata-rata bantuan rumpon yang diberikan berhasil meningkatkan produksi penangkapan ikan sebesar 40,24 persen dengan jumlah hasil tangkapan rata-rata sebelum menerima bantuan sebesar 2,6 ton per trip (1 trip rata-rata 15 hari) . Penangkapan dan nilai hasil tangkapan sebesar Rp.44.731.250 (Empat Puluh Empat Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Satu Ribu Dua Ratus Lima Puluh Rupiah).
Sementara itu rata-rata jumlah tangkapan ikan setelah menerima bantuan sebesar 3,7 ton dengan nilai hasil tangkapan sebesar Rp.63.628.875 (Enam Puluh Tiga Juta Enam Ratus Dua Puluh Delapan Ribu Delapan Ratus Tujuh Puluh Lima Rupiah) dengan asumsi harga ikan per kilogram sebesar Rp.17.000 (Tujuh Belas Ribu Rupiah).
Dari data tersebut menggambarkan bahwa secara rata-rata nelayan dalam melakukan penangkapan ikan terjadi peningkatan pendapatan sebesar Rp.18.897.625 (Delapan Belas Juta Delapan Ratus Sembilan Puluh Tujuh Ribu Enam Ratus Dua Puluh Lima Rupiah).
Jika melihat secara detail, persentasi peningkatan produksi terendah dirasakan oleh Kelompok Nelayan Disran Jaya dan Surya Indah yang berdomisili di Kecamatan Herlang yaitu hanya berhasil meningkatkan produksinya sebesar 1,3% hal ini karena bantuan rumpon yang diterima sudah ada yang putus.
Sementara kelompok nelayan yang secara signifikan merasakan perubahan produksi adalah Kelompok Nelayan Putra Sibara yang bahkan berhasil mencapai kenaikan produksi sebesar 127 persen.
Ketua Kelompok Nelayan Putra Sibara, Umar mengatakan kenaikan produksinya itu adalah suatu angka yang fantastis karena sebelumnya Putra Sibara yang merupakan pemancing tuna dan hanya memiliki dua unit rumpon melonjak produksinya setelah mendapat lima unit bantuan rumpon dari Dinas Perikanan.